BREAKING NEWS
bisnis online, jual beli online, sistem pembayaran, pembayaran online, bisnis online

Ulama` Dunia

Wali Songo

Aplikasi

Senin, 04 Januari 2016

Syeikh Maulana Yusuf Sultan II Banten

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ


Syeikh Maulana Yusuf Sultan II Banten dan penaklukan Pakuan Pajajaran 

Sejak Sultan I Banten Maulana Hasanuddin, putera sulungnya Wali Pandhita Ratu (Wali  khutub Raja) Ki Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatulah 1526 m., di angkat menjadi Sultan I Banten, kesultanan Banten Darussalam telah berkembang pesat menjadi kerajaan Darussalam yang besar, berpasukan kuat dan memiliki persenjataan kuat , termasuk hadiah meriam dari Irak dan Demak.
Sejak ayahandanya Ki Sunan Gunung Jati wafat di usia ke-109 tahun, di 1568, kemudian dalam waktu dekat menyusul Ki Fatahilah, yang keduanya di makamkan berdampingan di Gunung Sembung.
Apalagi setelahnya Sultan Maulana Hasanuddin jadi punya kedaultanan penuh, hingga melakukan penaklukan-penaklukan ke Banten Girang /Banten Selatan melalui pengepungan pasukan Surosowan di Gunung Pulo Sari pada kerajaan yang Rajanya masih paman sepupunya di Banten Girang.
Kemudian Sultan Maulana Hasanudin juga melakukan ekspedisi dengan pasukan Surosowan ke Lampung, untuk menguasai wilayah perkebunan kelapa sawit.
Menurut Raja Edwardsyah yang juga petinggi POLRI, wilayah yang di kuasai kesultanan Banten adalah wilayah Tulangbawang. Termasuk sebagian besar wilayah di Propinsi Lampung.
Di mana di Propinsi Lampung masih terdapat kerajaannya Lampung kecil Edwardsyah, berdampingan wilayah kesultanan Banten di Tulangbawang.
Di Bengkulu, pasukan kesultanan Aceh juga pernah melakukan misi pendudukan, bahkan hingga membuat Sultan Bengkulu dan pengikutnya kabur dari istananya. Tapi masih dapat bertahan. Hingga Aceh gagal seutuhnya menguasai Bengkulu.
Walau telah menguasai segenap wilayah Banten, Sultan Maulana Hasanuddin juga sempat menguasai Jepara. Di mana wilayah ini juga dulunya pernah di kuasai keprabhon Pajajaran masa kakek uyutnya, Prabhu Siliwangi yang juga menguasai ke mancanegara, Mertasinga atau Singapura.
Tapi Sultan Banten Maulana Hasanuddin belum sempat menguasai Mertasinga sebagai penerus Prabhu Siliwangi. Lantaran di masanya juga, Singapura telah di jadikan pangkalan pelabuhan penjajah Portugis.
Kini di wilayah Jawa Barat, di tetangganya kota Tasikmalaya terdapat kerajaan Panjalu adik kekerabatan dari Pajajaran, juga terdapat kota Singaparna.
Sultan Maulana Hasanuddin di pernikahannya berpoligami dengan 2 isteri. Isteri pertama puteri Sultan Demak III, Trenggono. Masih puteri keturunan Ki Sunan Giri yang masih kesultanan Giriprapen II di masa Sultan Maulana Hasanuddin.
Isteri keduanya belum di ketahui asal-usulnya. Yang paling menonjol ialah dari keturunan isteri pertamanya, puteri Demak Trenggono.
Yang salah satu putera sulungnya ialah Maulana Yusuf.
Sultan II Banten, Maulana Yusuf
Setelah Sultan Maulana Hasanuddin mangkat, Maulana Yusuf  di tahbiskan menjadi pengganti Sultan II Banten Darussalam.
Walau kesultanan Banten Darussalam telah berkembang besar, tapi di awal kenaikan takhtanya Sultan II Maulana Yusuf masih penasaran untuk menaklukkan kerajaan Pakuan Pajajaran yang masih ada beribukota di Pakuan, sekitar Bogor kini.
Sultan Maulana Yusuf juga punya adik laki-laki dari seibu yang di angkat sebagai Dipati Jepara bawahan kesultanan Banten. Tapi kelak menjadi bakal masalah ke pewarisan takhta puteranya.
Setelah Pakuan di hancurkan pasukan Surosowan kemudian wilayah itu di namai Ambogori, atau berarti diam, tidak bergerak.  Menjadi hutan belantara. Kemudian menjadi Bogor. Lama kelamaan wilayah itu di datangi oleh penduduk hingga menjadi kota Bogor. Di mana penduduk mula-mulanya juga orang-orang keluarga Surosowan dengan laskarnya.
Peristiwa menjelang wafatnya Maulana Yusuf
Ketika Maulana Yusuf sakit keras, datanglah Pangeran Aria Jepara dengan membawa pasukan besar ke Banten dengan maksud untuk menjeguk. Pangeran Aria Jepara dengan pasukannya yang dipimpin oleh Ki Demang Laksamana, kemudian ditempatkan di Pagebangan di luar tembok batas kota. Pangeran Jepara adalah adik dari Maulana Yusuf yang pendidikannya diserahkan kepada bibinya Ratu Kalinyamat di Jepara.
Mendengar wafatnya Maulana Yusuf yang kemudian digantikan Pangeran Muhammad yang masih kecil itu, timbullah niat Pangeran Aria untuk menjadi pengganti Raja Banten. Keinginan ini mendapat sambutan baik dari Patih Mangkubumi yang semenjak Sultan sakit memegang kendali pemerintahan. Melihat keadaan demikian, Kadhi (hakim), Senapati Pontang, Dipati Jayanegara, Ki Waduaji dan Ki Wijamanggala yang ditunjuk sebagai Wali Sultan, mengirim surat kepada Mangkubumi supaya Mangkubumi tetap setia kepada raja yang baru saja mangkat.
Sindiran halus ini dapat dipahami oleh Mangkubumi, sehingga diadakanlah rapat di antara pembesar-pembesar istana tanpa diketahui Pangeran Aria Japara. Akhirnya disetujuilah usul supaya Pangeran Muhammad tetap diangkat menjadi Raja, sedangkan roda pemerintahan untuk sementara tetap ditangani oleh Patih Mangkubumi sampai Putra Mahkota dewasa.
Diaturlah cara menyampaian berita itu kepada Pangeran Japara agar tidak terjadi pertumpahan darah diantara para saudara sepupu yang akan menambah kedukaan rakyat Banten. Mangkubumi pergi dengan membawa seekor gajah kerajaan menemui Pangeran Japara di luar kota, dan minta supaya Pangeran menaiki gajah tersebut dengan memakai pakaian kebesaran lengkap ke keraton, seolah-olah memang usul Pangeran Japara diterima rakyat.
Dengan diapit oleh Mangkubumi dan Ki Demang Laksamana, Pangeran Japara dan pasukannya beriringan pergi ke keraton. Sampai di tepi sungai di luar tembok benteng keraton, sebelum darpalagi, Mangkubumi memberi aba-aba untuk berhenti. Di seberang sungai, di bawah atap srimanganti, yaitu gerbang di luar istana, sudah menanti Putra Mahkota yang duduk dalam pangkuan Kadhi dikelilingi para ponggawa dan para menteri kerajaan dengan pasukan Banten yang cukup kuat. Selanjutnya, Mangkubumi menyeberangi sungai sendirian, untuk kemudian menyiagakan pasukan Banten supaya waspada apabila terjadi yang tidak dikehendaki.
Setelah persiapan beres, Mangkubumi kembali menemui Pangeran Jepara, dan mengatakan bahwa ia diperintahkan Putra Mahkota untuk menghalang-halangi Pangeran Jepara dan rombongan menyeberangi sungai, dan dengan segala hormat minta supaya Pangeran segera meninggalkan Banten dengan kapal-kapal yang telah disediakan.
Mengetahui muslihat Mangkubumi itu, marahlah Pangeran Jepara dan memerintahkan pasukannya untuk menyerbu keraton. Maka terjadilah pertempuran hebat di luar benteng istana. Dalam pertempuran itu Ki Demang Laksamana tewas di tangan Mangkubumi sehingga akhirnya pasukan Pangeran Aria Japara melarikan diri kembali ke Jepara. Setelah kejadian tersebut dinobatkanlah Pangeran Muhammad menjadi Raja Banten ke-3 dengan gelar Kanjeng Ratu Banten Surosowan. Kadhi menyerahkan perwaliannya kepada Mangkubumi (Djajadiningrat, 1983: 39-41).

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Tongkrongan Santri Kalong
Distributed By Free Premium Themes. Powered byBlogger