BREAKING NEWS
bisnis online, jual beli online, sistem pembayaran, pembayaran online, bisnis online

Ulama` Dunia

Wali Songo

Aplikasi

Senin, 04 Januari 2016

Pangeran Pangudar Cicalengka

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ


Pangeran Pangudar Cicalengka
“SIMBAH DALEM  PANGUDAR”
         Berdasarkan sahibul hikayat babad Sunda, adalah seorang pemuda bernama Raden Haji Pangeran Panji Argaloka  salah seorang pewaris tahta Kerajaan Khanoman Cirebon yang masih keturunan Sunan Gunung Jati Cirebon.
Ketika terjadi pergolakan perang saudara di awal abad ke XVIII, Pangeran Argaloka mengasingkan diri ke daerah Priangan dan mempersunting seorang gadis desa Cihanyir Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung yang bernama Nyai (Mbah Candra Wulan) binti Embah Gaong (Prabu Sakti)
Sesuai dengan misi awalnya yaitu penyebar agama Islam tantangan yang penuh resiko pun dilaluinya. Nyawa merupakan taruhan setaip perjuangannya dalam menegakkan agama Islam. Tantangan itu bukan datang dari pihak luar tetapi datang dari saudaranya sendiri yang masih menganut agama Hindu.
Sebagai antisipasi ia pun pergi ke tatar Sunda lainnya dan salah satunya adalah Cicalengka, Cihanyir, Cikasungka, dan Cikancung. Dalam perjalannya itu, Argaloka menyamar sebagai tabib dengan nama Rd. Satja Wardana. Dengan kegigihannya Satja Wardana dalam mengobati masyarakat kemudian ia namanya melambung dan dikenal luas oleh masyarakat. Konon, namanya pun bukan hanya terkenal di daerah setempat tetapi di daerah pesisir Jawa namanya dikenal sebagai tabib.
Tentu saja, dilain pihak, kompeni Belanda yang di kala itu melakukan sedang melakukan politik devide et impera menilai bahwa kegiatan Argaloka adalah suatu kegiatan yang bisa merorong kepentingan dan kewibawaan pemerintah. Maka, pihaknya memerintahkan kepada seluruh instansi, serdadu kompeni maupun para jawara agar menangkap dan membawanya ke Batavia.
Dalam suatu kesempatan puluhan serdadu dan dibantu para jawara berhasil menangkap Argaloka. Sebelumya ia lolos dari beberapa sergapan. Namun, kali ini pun sebenarnya Argaloka dapat lolos. Setelah diborgol dan digiring menuju kereta tahanan tiba-tiba Argaloka menghilang secara misterius. Atas kejadian ini kompeni Belanda gelagapan dan tidak percaya karena hilangnya Argaloka tidak masuk akal.
Masyarakat telah mafhum baik para pengikutnya maupun pasien menganggap bahwa pangeran Argaloka bukan orang sembarangan. Ia dilukiskan sebagai seorang pahlawan yang sakti, berwibawa, dan sebagai panutan dalam menjalankan misi agamanya.
Namun para pengikut Argaloka pada waktu itu merasa kehilangan dan mencari kemana-mana. Tiba-tiba di suatu tempat pengkutnya dikejutkan oleh kemunculan  Rd. Satjawardana di daerah Cinangka dan berkata, “ Apabila memerlukanku dating saja ke makam ini”. Makam itu sekarang menjadi tempat ziarah dengan sebutan Makam Keramat Sembah Dalem Pangudar.
Karena merasa jengkel kompeni Belnda saat itu, makam Pangudar yang terletak di Kampung Cinangka Desa Mandalasari  Kecamatan Cikancung (7 Km dari Cicalengka) nyaris dibongkar.
Sesuai sepak terjangnya selama masa hidupnya Argaloka selain sebagai alim ulama dan tabib dikenal sangat dermawan. Maka tidak heran jika makamnya dikunjungi dan diberi sebutan oleh masyarakat kala itu, dengan nama Makam Keramat Sembah Dalem Pangudar yang dimaknai secara harfiah tempat pelepas kesialan hidup. Namun menurut penuturan pengikutnya “Pangudar” diartikan sewaktu Argaloka muncul dan masih diborgol ia membuka borgol itu tanpa alat (udar atau lepas), maka lahirlah nama Pangudar sampai sekarang. Situs Budaya Makam keramat Eyang Pangudar atau R.H. Pangeran Panji Argaloka terletak di Kampung Cinangka, Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung memiliki luas 1,5 ha. Sarana/­prasarana berupa mesjid, pos, bangunan makam berukuran 12 X 14 m.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Tongkrongan Santri Kalong
Distributed By Free Premium Themes. Powered byBlogger